Kamis, 21 Maret 2019

Sejarah

ERA KOLONIAL BELANDA
Denpasar pada mulanya adalah sebuah taman. Taman tersebut tidak seperti taman pada umumnya, karena menjadi taman kesayangan dari Raja Badung saat itu, Kyai Jambe Ksatrya. Pada waktu itu, Kyai Jambe Ksatrya tinggal di Puri Jambe Ksatrya, yang kini menjadi Pasar Satria. Taman ini unik, karena dilengkapi dengan tempat untuk bermain adu ayam (tajen). Hobi Kyai Jambe Ksatrya adalah bermain adu ayam, oleh karena itu tidak jarang sang raja mengundang raja-raja lainnya di Bali untuk bermain adu ayam di taman tersebut.
Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kerajaan Badung, sebuah Kerajaan Hindu Majapahit yang berdiri sejak abad ke-18 s.d abad ke-19, sebelum kerajaan tersebut ditundukan oleh Belanda pada tanggal 20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik yang dikenal dengan Perang Puputan Badung.

KOTA DENPASAR

Kota DENPASAR adalah Ibu Kota Provinsi Bali,Indonesia.DENPASAR merupakan Kota Terbesar di Kepulauan Nusa Tenggara dan Kota Terbesar kedua di wilayah Indonesia Timur setelah Makassar.Pertumbuhan Industri Pariwisata di bali mendorong kota DENPASAR menjadi pusat kegiatan Bisnis,dan menempatkan kota ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapitan dan pertumbuhan tinggi di Provinsi Bali,Pemerintah akan mempersiapkan tiga kota yaitu MEDAN,DENPASAR,dan MAKASSAR sebagai kota Metropolitan yang baru.

Etimologi

Nama Denpasar berasal dari kata "den" (utara) dan "pasar" sehingga secara keseluruhan bermakna "Utara Pasar". Asal kata ini menunjukkan asal kota sebagai kota pasar, di tempat yang sekarang disebut Pasar Kumbasari (sebelumnya "Peken Payuk"), di bagian utara kota modern.

Rabu, 20 Maret 2019

SEJARAH KOTA BALI


Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Bali telah dihuni oleh bangsa Austronesia sekitar tahun 2000 sebelum Masehi yang bermigrasi dan berasal dari Taiwan melalui Maritime Asia Tenggara.
Budaya dan bahasa dari orang Bali demikian erat kaitannya dengan orang-orang dari kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Oseania. Alat-alat batu yang berasal dari saat itu telah ditemukan di dekat desa Cekik di sebelah barat pulau Bali.
Pada masa Bali kuno, terdapat sembilan sekte Hindu yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Setiap sekte menghormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya. Budaya Bali sangat dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan khususnya Hindu, mulai sekitar abad 1 Masehi.
Nama Bali Dwipa (“pulau Bali”) telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk pilar prasasti Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 Masehi yang menyebutkan “Walidwipa”.
Pada masa itu sistem irigasi Subak yang kompleks sudah dikembangkan untuk menanam padi. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya masih ada sampai saat ini dan dapat ditelusuri kembali pada masa itu.
Kerajaan Hindu Majapahit (1293-1520 Masehi) di Jawa Timur mendirikan sebuah koloni di Bali pada tahun 1343. Ketika masa kejayaan sudah menurun, ada eksodus besar-besaran dari intelektual, seniman, pendeta, dan musisi dari Jawa ke Bali pada abad ke-15.

SEJARAH PULAU BALI MASA PRASEJARAH

Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang ditandai oleh kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan.
Walaupun pada zaman prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan riwayat kehidupannya, tetapi berbagai bukti tentang kehidupan pada masyarakat pada masa itu dapat pula menuturkan kembali keadaanya Zaman prasejarah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang, maka bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan kita.
Berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya bangsa Belanda dan putra-putra Indonesia maka perkembangan masa prasejarah di Bali semakin terang.
Perhatian terhadap kekunaan di Bali pertama-tama diberikan oleh seorang naturalis bernama Georg Eberhard Rumpf, pada tahun 1705 yang dimuat dalam bukunya Amboinsche Reteitkamer. Sebagai pionir dalam penelitian kepurbakalaan di Bali adalah W.O.J. Nieuwenkamp yang mengunjungi Bali pada tahun 1906 sebagai seorang pelukis.

Candi Sari juga disebut Candi Bendah (bahasa Jawaꦕꦤ꧀ꦝꦶ​ꦱꦫꦶtranslit. Candhi Sari) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Sambi SariCandi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang tampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

Masa Pembuatan


Menurut perkiraan candi ini dibangun pada abad ke 8 M bersama dengan masa pembangunan Candi Kalasan, yaitu pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Keterkaitan kedua candi ini diterangkan dalam Prasasti Kalasan (700 tahun Saka / 778 M). Dalam Prasasti Kalasan diterangkan bahwa para penasihat keagamaan Wangsa Syailendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Taradan sebuah biara untuk pendeta Buddha. Untuk pemujaan Dewi Tara dibangunlah Candi Kalasan, sedangkan untuk biara pendeta Buddha dibangunlah Candi Sari. Melihat dari bentuk keseluruhan dan bagian-bagian dalam Candi Sari, diperkirakan candi ini berfungsi sebagai asrama atau tempat tinggal para pendeta Buddha.


Penemuan Kembali




Candi Sari ditemukan kembali pada awal abad ke-20 dalam keadaan rusak berat. Pemugaran pertama dilaksanakan antara tahun 1929 sampai 1930 yang dipimpin oleh A.J. Bernet Kempers seorang ahli arkeolog dari Belanda. Pada saat pemugaran pertama, belum berhasil mengembalikan keutuhan bangunan aslinya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bagian candi yang hilang. Selain itu, ketika pertama kali ditemukan, terdapat bagian-bagian bangunan yang sudah rusak terutama bagian yang bukan terbuat dari batu. Candi Sari yang sekarang diperkirakan dahulu memiliki pagar batu yang mengelilingi candi. Pintu masuk candi dijaga oleh sepasang Arca Dwarapala yang memegang gada dan ular seperti yang terdapat di depan Candi Plaosan.

Bentuk dan Fungsi




Menurut Kempers, Candi Sari ini aslinya memang merupakan bangunan bertingkat dua atau bahkan tiga. Lantai atas dulunya digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk kepentingan keagamaan, sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti belajar-mengajar, berdiskusi, dsb. Tembok candi ini juga dilapisi dengan vajralepa (brajalepa), lapisan pelindung yang juga didapati di dinding-dinding Candi Kalasan. Dari luar telah terlihat bahwa tubuh candi terbagi menjadi dua tingkat, yaitu dengan adanya dinding yang menonjol melintang seperti "sabuk" mengelilingi bagian tengah tubuh candi. Pembagian tersebut diperjelas dengan adanya tiang-tiang rata di sepanjang dinding tingkat bawah dan relung-relung bertiang di sepanjang dinding tingkat atas.

Relung-relung di sepanjang dinding luar candi, baik di tingkat bawah maupun atas, saat ini dalam keadaan kosong. Diperkirakan, relung-relung tersebut tadinya dihiasi dengan arca-arca Buddha.

Dinding luar tubuh dipenuhi pahatan arca dan hiasan lain yang sangat indah. Ambang pintu dan jendela masing-masing diapit oleh sepasang arca lelaki dan wanita dalam posisi berdiri memegang teratai. Jumlah arca secara keseluruhan adalah 36 buah, terdiri dari 8 arca di dinding depan (timur), 8 arca di dinding utara, 8 di dinding selatan, dan 12 di dinding barat (belakang). Ukuran arca-arca itu sama dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya.
Pada bagian lain dinding dipenuhi dengan pahatan berbagai bentuk, seperti Kinara Kinari (manusia burung), suluran, dan kumuda (daun dan bunga yang menjulur keluar dari sebuah jambangan bulat). Di atas ambang jendela dan relung-relung dihiasi dengan Kalamakara tanpa rahang bawah dalam bentuk yang sangat dekoratif dan jauh dari kesan seram. Sebagaimana dengan yang terdapat pada dinding Candi Kalasan, dinding Candi Sari juga dilapisi oleh lapisan Vajralepa, yang berfungsi memberikan warna cerah dan mengawetkan batu.
Tangga naik ke permukaan kaki candi telah hancur. Di sisi tangga terdapat sebuah umpak batu. Tidak jelas apakah umpak batu itu memang berada di tempatnya semula, namun tampaknya bagian bawah umpak tadinya terbenam dalam tanah.
Pintu masuk berada di tengah sisi yang panjang di sebelah Timur. Aslinya, ambang pintu di dinding candi tersebut terletak dalam bilik penampilyang menjorok keluar. Saat ini bilik penampil tersebut sudah tidak bersisa, sehingga pintu masuk ke ruang dalam candi dapat langsung terlihat. Hiasan di bingkai dan Kalamakara di atas ambang pintu sangat sederhana, karena hiasan yang indah terletak di dinding luar bilik pintu.
Di dalam candi terdapat tiga ruangan berjajar yang masing-masing berukuran 3,48 m x 5,80 m. Kamar tengah dan kedua kamar lainnya dihubungkan oleh pintu dan jendela. Bilik-bilik ini aslinya dibangun sebagai bilik bertingkat. Tinggi dindingnya dibagi dua dengan lantai kayu yang disangga oleh empat belas balok kayu yang melintang, sehingga dalam candi ini seluruhnya terdapat 6 ruangan. Dinding bagian dalam kamar polos tanpa hiasan. Pada dinding belakang masing-masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya agak tinggi yang dahulu dipergunakan sebagai tempat upacara agama dan menempatkan arca. Di lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan relung bekas tempat meletakkan arca. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat ini. Pada dinding kamar utara dan kamar selatan terdapat relung untuk menempatkan penerangan.
Lantai dan bagian bangunan yang terbuat dari kayu sekarang sudah tidak ada, tetapi pada dinding masih terlihat lubang-lubang bekas tempat menancapkan balok penyangga. Di dinding bilik yang paling selatan didapati batu-batu yang dipahat menyerong, yang berfungsi sebagai penyangga ujung tangga yang terbuat dari kayu.
Atap candi berbentuk persegi datar dengan hiasan 3 buah relung di masing-masing sisi. Bingkai relung juga dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan di atas ambang relung juga dihiasi dengan Kalamakara. Puncak candi berupa deretan stupa, yang terdiri atas sebuah stupa di setiap sudut dan sebuah di pertengahan sisi atap. Pada saat pemiotretan dilakukan, yaitu pada bulan Maret 2003, Candi Sari sedang menjalani pemugaran.


KOTA BALI

 
Bali adalah sebuah Provinsi dari Republik Indonesia yang terletak di antara pulau jawa dan pulau lombok,Pulau Bali juga terkenal dengan sebutan PULAU DEWATA,PULAU SERIBU PURA dan BALI DWIPA,Bali juga mempunyai beberapa Pulau kecil yang termasuk dalam wilayah Provinsi Bali, diantaranya ; Pulau Nusa Penida,Pulau Nusa Lembongan,Pulau Ceningan,Pulau Serangan dan Pulau Menjangan.

Ibu Kota dari Provinsi Bali adalah DENPASAR yang terletak di sebelah Selatan dari pulau Bali, Bali sangat terkenal di indonesia dan bahkan di seluruh Dunia sebagai daerah bahkan tujuan untuk wisata Dunia dengan Seni dan Budaya yang unik dengan di sertai pemandangan Alam dan Laut yang sangat Indah.

Pulau Dewata adalah tempat yang sangat baik untuk liburan Keluarga dan Berbulan Madu yang dilengkapi dengan fasilitas ataupun akomodasi tingkat dunia (World Class), dan juga Bali memiliki banyak Obyek Wisata yang terkenal di Dunia yang menarik untuk di Kunjungi.